Beras Ketan Hitam Konsisten Diekspor ke Singapura

By Abdi Satria


nusakini.com-Jakarta-Ekspor beras Indonesia selama ini tidak hanya didominasi beras organik saja. Ternyata seperti beras ketan hitam pun secara konsisten ekspor ke luar negeri terutama ke Singapura dan Hongkong. 

"Bahkan perdagangan ketan hitam sudah ada semenjak jaman dulu karena rasanya yang enak, aroma wangi dan mengenyangkan. Ketan hitam biasanya dikonsumsi untuk upacara adat dan makan tradisional maupun konsumsi pada hari raya," demikian dikatakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi di Jakarta, Sabtu (3/8).

Tercatat, selama beberapa tahun terakhir beras ketan hitam di ekspor oleh PT Sejati Makmur Semesta, CV Dewa Tunggal, PT Buana Agrobisnis dan CV Mustika Sejati. Ketan hitam Indonesia banyak digunakan untuk diolah sebagai bahan baku sake. 

"Menurut eksportir, bahan baku ketan hitam kita kualitasnya tinggi untuk dibuat sake. Negara kita konsisten setiap tahun melakukan ekspor beras ketan hitam," terang Suwandi.

Lebih lanjut Suwandi menegaskan sejak tahun 2015 ekspor beras ketan hitam ke negara Singapura mencapai 1.398 ton. Di tahun 2019 ini dipastikan volume ekspor meningkat, di mana sampai dengan bulan Agustus Kementan sudah merekomendasikan 200 ton ketan hitam meluncur ke Singapura dengan perkiraan nilai ekspor Rp 4 Milyar.

"Secara umum mekanisme ekspor ketan hitam dari pedagang pengumpul Himpunan Pedagang Beras Ciparay dikirim bersama beras umum ke pedagang beras Pasar Induk Cipinang kemudian disortir, dikemas dan diekspor langsung ke berbagai negara oleh eksportir ke Singapura, China atau Taicung Taiwan melalui pelabuhan Tanjung Priok Jakarta," jelasnya.

Penghasil Ketan Hitam

Suwandi menyebutkan Kabupaten Garut adalah sentra utama produksi beras ketan hitam. Selain Kabupaten Garut, penghasil beras ketan hitam terbaik ada di Kabupaten Bandung. 

"Contohnya kalau mau melihat silahkan ke kecamatan Ciparay, disana ada hamparan seluas 50 hektar dan di kecamatan Pacet juga ada seluas 375 hektar," sebut dia.

Produktivitas padi ketan hitam di daerah ini rata-rata 5,5 ton per ha. Penanamannya dilakukan selama dua kali setahun dan petani mampu memproduksi sebesar 4.675 ton Gabah Kering Panen (GKP) per tahun dengan harga per kg saat ini mencapai sekitar Rp 19.000 per kg.

"Budidaya beras ketan hitam sebenarnya sama dengan budidaya tanaman padi pada umumnya hanya saja usia panen beras hitam membutuhkan waktu hingga 6 bulan," kata Suwandi. 

"Aroma beras ketan hitam juga lebih wangi sehingga disukai oleh burung. Ketan hitam ini lebih efisien jika dibudidayakan di tempat sejuk seperti dilerang gunung," pintanya.

Meski volumenya tidak besar, tegas Suwandi, permintaan negara luar terhadap ketan hitam konsisten sepanjang tahun. Tentunya pemerintah akan mendorong dan memfasilitasi para pelaku usaha dan petani yang ingin mengekspor komoditas pangan. 

"Permintaan ekspor akan dapat menggairahkan semangat petani untuk menanam," pungkasnya.(p/eg)